SUMENEP, detikkota.com – Pada abad ke 4 Sebelum Masehi (SM) silam berbicara mengenai negara ideal. Menurutnya, negara ideal menganut prinsip kebajikan (virtue). Pandangan Plato mengenai sebuah negara tidak jauh berbeda dengan pendahulunya Socrates, negara yang baik adalah negara yang berpengetahuan dimana negara tersebut dipimpin oleh orang yang bijak (the philosopher king)
Plato yang lahir sekira 427 SM itu menilai seorang filsuf merupakan orang terpilih yang paling cakap dari kelas penjaga. Bertugas membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaanya, juga memperdalam ilmu pengetahuan dengan segala kebijaksanaannya
Seiring berjalannya sejarah, sangat jarang terselip cerita dalam setiap lipatannya terlihat sebuah pemerintahan yang diberikan kewenangan dan kuasa oleh negara untuk mengelola yang dipimpin oleh seorang filsuf atau paling tidak anak alumnus jurusan filsafat
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Di Indonesia bahkan tidak ada satupun presiden, yang memiliki beground daru jurusan filsafat. Bahkan pemimpin sekaliber Ir Soekarno dengan gagasan-gagasan besar tentang kebangsaannya dan menelurkan marhaenis bukan lahir dari bangku akademik filsafat
Hal itu membuat gagasan plato tentang pemimpin bijak yang harus dipimpin oleh seorang filsuf menjadi pudar dan terkesab utopis. Namun, siapa sangka apa yang dibayangkan plato ribuan tahun silam itu sebentar lagi akan menjadi nyatan, bukan di level kepemimpinan nasional memang. Tetapi di level pemerintahan yang lebih kecil, yaitu Pemerintahan Desa (Pemdes)
Tepatnya di sebuah Daerah Kepulauan bernama Desa Masalima, Kecamatan Masalembu, Kabupaten Sumenep. Pada kontestasi Pilkades serentak 2021 ini terdapat dua anak alumnus filsafat yang akan bertarung di palagan politik.
Cakades pertama bernama lengkap Darussalam pemuda yang satu ini merupakan lulusan Satrata Saty (S-1), Fakultas Usuludin jurusan Aqidah Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta. Sedangkan Cakades kedua bernama lengkap Ahmad Juhairi, sempat mengenyam pendidikan S-1 di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, kemudian melanjutkan Magisternya di Filsafat Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Layaknya filsuf agung mencetuskan karya-karya besar, keduanya pun tiada henti menelurkan karya-karya agung yang lahir dari sebuah gagasan besar dalam pikirannya. Kendati Darussalam dan Ahmad Juhairi berkarya lewat media masing-masing
Darussalam sebagai pemimpin yang sudah menahkodai Desa Masalima selama satu periode, memiliki banyak karya dalam pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia. Pria yang akrab di sapa Uus ini seperti halnya filsuf yang penuh kebijaksanaan dalam pandangan plato. Ia dikenal oleh publik sebagai pemimpin yang tak bermain-main dengan kata tapi menghadiahi karya, sebagai manifestasi dari kebijaksanaan seorang pemimpin yang bersedia menyerah jiwa, raga demi kepentingan publik
Berbeda 180 derajat Ahmad Juhairi, dikenal publik sebagai sosok yang kritis terhadap pemerintahan, dengan diksi, narasi dan kata-kata politik kelas tinggi. Seakan menunjukkan bahwa ia memiliki gagasan besar dalam kepalanya tentang suksesi kepemimpinan dan pengelolaan pemerintahan yang baik
Pria yang sempat gagal melanggang ke kursi DPRD Kabupaten Sumenep pada Pileg 2019 lalu ini, juga sering melakukan beberapa advokasi bersama persoalan publik, mulai dari masalah cantrang hingga listrik
Dalam beberapa tahun terakhir kedua anak muda selalu menjadi buah bibir publik. Tiada henti menghiasi setiap kolom narasi dan tak lekang kemakan durasi. Tentu keduanya merupakan berkah semesta yang jatuh di tengah-tengah samudra harapan, cita-cita para pendiri bangsa untuk rakyat Kepulauan Masalembu
Begitulah seorang filsuf dengab tetap menjadi diri sendiri dengan gaya kepemimpinan masing-masing, namun tidak kehilangan sentuhan magisnya
*Dari Kota Gudek Untuk Desa Masalima*
Ada adagium yang dilontarkan oleh Bapak Proklamator Ir Soekarno, “Pemuda yang kumpul-kumpul sambil diskusi tentang bangsa dan negara, itu jauh lebih baik dibanding pemuda kutu buku yang hanya memikirkan diri sendiri,”.
Sesama tinggal, berdinamika dan pernah berproses di sebuah kota yang sama yaitu Yogyakarta atau sering di sebut Kota Gudeg. Keduanya sudah tidak asing dengan kehidupan pemuda mahasiswa salah satunya, mengahabiskan malam di warung kopi
Begitupun keduanya, sesekali terlihat bersama di warung kopi sambil bercengkrama, termasuk berdiskusi tentang pengelolaan negara yang baik dan ideal secara umum dan khususnya di Kecamatan Masalembu. Pasca selesai berdinamika menempa diri, mempertajam pikiran dan memperhalus persaan dalam rangka menyiapkan diri sebagai pemimpin masa depan
Keduanya memiliki nasib berbeda. Darussalam selang beberapa tahun pasca menyelesaikan studinya, Ia seakan dituntun oleh sejarah untuk menjadi nahkoda di Desa Masalima. Semesta seakan tau apa yang bersemayam dalam diri pemuda alumnus filsafat ini, dengan memberikan tanggung jawab untuk melayani sepenuh hati masyarakat Desa Masalima. Dan benar saja apa yang sudah digariskan dijalaninya dengan penuh kebijaksanaan
Sementara Ahmad Juhairi, menempuh jalur berbeda. Ia tetap setia dijalur perjuangan nor pemerintahan dan mengisi post kritis. Juhairi juga sempat mencoba peruntungannya pada Pileg 2019 lalu, namun nampaknya sejarah dan semesta belum berpihak. Ia gagal melanggeng mulus, terlepas dari itu sebagai pemuda dirinya sudah memberikan kontribusi dalam perjalanan pemerintahn di Kecamatan Masalembu
Pada Pilkades 2021 ini, Juhairi kembali mencoba peruntunganya dengan menantang kawannya di warung kopi dan Yogyakarta. Untuk merebut kepemimpinan di Desa Masalima. Begitulah jalan ikhtiyar keduanya untuk melayani publik desa setempat, dari Kota Gudeg untuk Masalembu
Melihat latar belakang keduanya yang merupakan intlektual dan lebih-labih ber background lulusan filsafat Panitia Pilkades Masalima berharap, penyelenggaraan kontestasi dapat berjalan dengah damai tanpa adanya black campaign yang akan menciptkan polarisasi di akar rumput. Lebih jauh, diharapkan keduanya mampu memberikan pendidikan politik kepada masing-masing pendukungnya sehingga mampu membawa Desa Masalima dalam level praktek politik modern
“Kontestasi politik di desa masalima potret Demokrasi desa yang tengah menguji tuan rumah Utama kedaulatan rakyat, “papar Achmad Thorif Pemuda wakil dusun tengah di struktur kepanitiaan pilkades masalima. (TH)