SUMENEP, detikkota.com – Stok sembilan bahan pokok (sembako) di Kepulauan/Kecamatan Masalembu Kabupaten Sumenep Jawa Timur hari ini kosong. Warga setempat terpaksa harus makan singkong rebus untuk bertahan hidup.
Kekosongan bahan makanan itu dampak dari cuaca buruk di perairan Sumenep. Kapal pengangkut sembako tujuan pulau itu tidak bisa berlayar dan tertahan di daratan.
Warga Kepulauan Masalembu, Albar menceritakan, 2 minggu lalu sebenarnya ada kapal yang datang ke Masalembu mengangkut sembako milik sejumlah pedagang. Sayangnya, kapal tidak bisa merapat ke pelabuhan karena ombak besar.
“Tapi kebanyakan pedagang tidak mau menyewa perahu untuk menurunkan barang-barang dagangannya dari kapal yang berlabuh jauh dari dermaga. Hanya ada dua pedagang yang mau”, tutur Albar, Selasa (28/2/2023).
Keengganan pedagang untuk menyewa perahu pengangkut barang dari kapal ke dermaga diduga karena mereka keberatan mengeluarkan biaya tambahan. Biasanya distribusi barang dagangannya membengkak.
“Jika kapal bisa bersandar ke dermaga seperti biasanya, pedagang hanya bayar ongkos kapal dan kuli menurunkan barang dari kapal. Karena kapal berlabuh di tengah, pedagang harus mengeluarkan biaya tambahan berupa sewa perahu”, jelasnya.
Akibat tidak diturunkan, lanjut Akbar, puluhan ton sembako itu terpaksa kembali dibawa kapal melanjutkan pelayaran ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Akbar mengaku heran dengan sikap pedagang yang keberatan mengeluarkan biaya tambahan sewa perahu itu. Padahal, konsumen tidak keberatan dengan kenaikan harga yang diakibatkannya.
“Masyarakat tidak keberatan meski harganya naik asal ada barang. Ketimbang seperti sekarang, masyarakat hanya dengar harga sembako melambung dari sebelumnya, tapi tidak ada barang. Gun badha argá tape tadha’ bharang (cuma ada harga tapi tidak ada barang, red)”, sebutnya.
Saat ini, menurut Albar, harga beras kemasan 25 kg di Masalembu tembus Rp 330 ribu. Bahkan ada yang menjual Rp 350 ribu. Padahal, sebelumnya hanya Rp 280 ribu. Meski naik drastis, tetapi barang di semua toko kosong.
Menurutnya, beras yang masih ada disebagian dapur warga diperkirakan hanya cukup sampai besok. Selanjutnya, sudah tidak ada lagi yang bisa dimasak. “Mereka terancam kelaparan. Mau beli mie instan di toko juga tidak ada”, keluhnya.
Terpisah, Ketua Komisi I DPRD Sumenep asal Masalembu Darul Hasyim Fath membenarkan itu. Menurutnya, aktivitas perdagangan dari dan ke Pulau Masalembu terhenti sejak 20 hari yang lalu akibat badai atau cuaca ekstrim. “Stok di toko yang menjual kebutuhan masyarakat kosong, dan yang tersedia di rumah warga juga sangat menipis, seperti elpiji dan beras,” jelasnya.
Darul menerangkan, warga Pulau Masalembu sebenarnya sudah paham bahwa badai akan datang menerjang pulau itu selama 4 bulan, antara Desember hingga Maret setiap tahun. Terjangan badai biasanya akan berlangsung selama satu pekan dan mereda selama sepekan berikutnya.
“Namun kali ini, siklus badai tak terprediksi. Bukan hanya sepekan, badai justru datang tanpa henti selama tiga pekan beruntun. Kondisi inilah yang membuat stok pangan menipis,” imbuhnya.
Darul berharap Pemkab Sumenep dan Pemprov Jawa Timur secepatnya mencari solusi agar krisis pangan di Pulau Masalembu tidak bertambah parah.(red)