Jual beli Dalam Syari’at Islam

detikkota.com – Islam mengatur segala sendi kehidupan manusia sehari-hari nya, dari mulai urusan ibadah, berniaga dan hubungan sosial. Salah satunya Islam mensyariatkan bentuk jual beli yang dapat membantu manusia untuk menjalankan perniagaan secara baik dan halal dalam kacamata Islam.Allah SWT telah menghalalkan praktek jual beli yang sesuai dengan ketentuan dan syari’atNya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 275 Allah berfirman: “وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا”

yang artinya:” …Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…(Q.S. al-Baqarah: 275)
Saat ini sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan inovasi, dunia diperkenalkan dengan cryptocurrency atau mata uang kripto, adalah mata uang standar didalam sistem blockchain untuk melakukan atau menerima pembayaran. Paling populer saat ini adalah bitcoin. Blockchain merupakan sistem yang menjadi tempat transaksi mata uang kripto tanpa melalui pihak ketiga seperti perbankan.
Dalam Islam mata uang kripto sangat tidak dianjurkan penggunaannya, selain transaksinya yang tidak jelas, disinyalir terdapat beberapa hal yang sangat merugikan atau perniagaannya tidak saling untung menguntungkan dan bertentangan dengan undang-undang nomor 7 tahun 2011 dan peraturan Bank Indonesia nomor 17 tahun 2015.
Sebagai alat investasi, mata uang kripto ini memiliki banyak kekurangan jika ditinjau dari syariat Islam. seperti adanya sifat spekulatif yang sangat kentara. Nilai bitcoin ini sangat fluktuatif dengan kenaikan atau keturunan yang tidak wajar,” tulis keterangan Majelis Tarjih Muhammadiyah, Selasa, 18 Januari 2022.

Banner

“Bitcoin hanyalah angka-angka tanpa adanya underlying asset, aset yang menjamin bitcoin, seperti emas dan barang berharga lain,” lanjut keterangan itu.
Ada berbagai macam bentuk jual beli. Ditinjau dari sisi objek akadnya, jual beli dibagi menjadi: tukar menukar barang dengan barang (muqoyadhah),tukar menukar uang dengan uang (money changer) atau dalam istilah hukum Islam (Sharf)
Jual beli ditinjau dari sisi waktu serah terimanya dapat dibedakan menjadi: jual beli musawamah dan jual beli amanah. Jual beli musawamah adalah jual beli dimana pihak penjual tidak menyebutkan harga pokok pembelian barang, akan tetapi menetapkan harga tertentu dan membuka peluang untuk ditawar sampai kesepakatan harga. Jual beli amanah adalah jual beli dimana pihak penjual menyebutkan harga pokok pembelian barang, kemudian menyebutkan harga jual barang tersebut. Jual beli amanah ini ada tiga macam, yaitu : jual beli murabahah, jual beli wadh’iyyah, dan jual beli tauliyah. Jual beli murabahah adalah jual beli dimana pihak penjual menyebutkan harga pokok pembelian barang dan laba yang diinginkan. Jual beli wadh’iyyah adalah jual beli dimana pihak penjual menyebutkan harga pokok pembelian barang dan menjual barang tersebut dibawah harga pokok pembelian. Sedangkan jual beli tauliyah adalah jual beli dimana penjual menyebutkan harga pokok pembelian barang dan menjualnya sama dengan harga pokok pembelian barang tersebut.
Selain macam-macam jual beli diatas, ada pula jenis jual beli utang dengan utang atau disebut dengan bai’ ad-dayn atau dalam bahasa hadits bai’ al-kali bi al-kal diharamkan. Menjual piutang dengan utang terjadi dalam dua bentuk. Pertama, menjual piutang kepada orang yang berhutang, pada saat jatuh tempo, penjual tidak bisa diserahkan barang untuk menutup utangnya, lantas berkata pada pembeli : juallah barang ini padaku dengan tambahan waktu lagi dengan imbalan tambahan barang. Lalu pembeli setuju dan kedua belah pihak tidak serah terima barang. Kedua menjual piutang kepada orang lain yang bukan orang yang berhutang. Contoh saya jual kepadamu satu kuintal beras milikku yang dipinjam oleh seseorang dengan harga sekian dan kamu bisa membayar padaku bulan depan. Kedua contoh tersebut hukumnya haram. Diriwayatkan dalam hadits dari Umar Ra bahwasanya Rasulullah Saw melarang jual beli hutang dengan hutang (HR. An-nasa’i dalam sunan Al-kubra, Daruquthni dan Al-Hakim)
Jual beli barang dengan utang dapat dijumpai pada sistem penjualan kredit atau bai’ bitsamanan Ajil (jual beli dengan harga tempo); contoh dari jual beli ini adalah seperti seseorang yang melakukan kredit motor yang pembayarannya diangsur dengan tempo yang ditentukan.
Jual beli utang dengan barang dikenal dengan jual beli salam. Jual beli salam adalah akad yang digunakan dalam perjanjian jual-beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh dimuka. Contoh: seseorang memesan 100ton beras, untuk dikirimkan enam bulan yang akan datang, dia membayar dengan lunas kepada penjualannya.
Ibnu Abbas dalam atsar yang diriwayatkan oleh imam asy-syafi’i, Thabrani, Al-Hakim dan Baihaqi mengatakan: “saya bersaksi (meyakini) bahwa sesungguhnya salam yang ditanggungkan (dijanjikan) untuk masa tertentu, sesungguhnya telah dihalalkan oleh Allah SWT didalam kitab-Nya dan diijinkan untuk dilakukan”, kemudian beliau membaca Al Baqarah ayat 282.
Dalam Al hadits dari Ibnu Abbas; Nabi Muhammad Saw datang ke Madinah, dan mereka meminjamkan uang untuk pembelian kurma dua atau tiga tahun mendatang. Maka nabi bersabda “barangsiapa yang melakukan jual beli salam dalam sesuatu, hendaklah dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas sampai waktu yang jelas”. (Fitri Herawati)

title="banner"
Banner