Kisah Pengusaha Batik asal Pamekasan, Tetap Produktif di Masa Pandemi Covid-19

PAMEKASAN, detikkota.com – Adanya virus covid-19 tidak menyurutkan Sri Wahyuni Fatmawati (36), Pengusaha batik asal Dusun Arsojih, Desa Pagendingan, Galis, Pamekasan Madura.

Wanita ini terus berinovasi dan masih tetap eksis memproduksi batik tulis yang telah dilakoni keluarganya turun-temurun sejak jaman penjajahan Jepang.

Banner

Sri Wahyuni Fatmawati mengatakan, tujuan utama tetap bertahan memproduksi batik yaitu untuk melestarikan karya dari nenek moyang. Bahkan tak tanggung-tanggung, Ia bahkan menamai batik tulisnya dengan nama “Nyileha batik” yang inspirasinya berasal dari nama neneknya.

Diakui atau tidak sebut lulusan Akbid AIFA Husada Madura ini, anak muda jaman sekarang sudah sedikit yang bisa membatik. Terlebih, jika dulu diwilayahnya rata-rata masyarakatnya membatik, sekarang sudah terlihat mengalami pergeseran.

“Kalau untuk usaha batik disini sebenarnya sudah mulai dari dulu. Ya, sekitar sejak masa penjajahan Jepang sudah membatik. Untuk nama Nyileha batik sendiri, ini memang khusus,” katanya, (Senin 21/6/2021)

Yuni sapaan akrabnya membeberkan, saat ini ia tetap memaksimalkan produksi batik tulisnya dengan mengembangkan kain batik tema-tema klasik. Alasannya, agar tidak menghilangkan kekhasan karya asli daerah.

“Produksi kita memang memaksimalkan tema-tema klasik, agar kekhasan batik yang memang asli disini tetap bertahan, seperti batik gitar-gitar contohnya. Kecuali memang nanti ada pemesanan lain seperti seragam dan lain sebagainya, baru kita produksi, ” jelasnya

Disisi lain menurut Owner Nyileha batik ini, produktifitas membatik terus dilakukan dalam rangka mendukung kemajuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang mana nantinya juga berdampak pada pemberdayakan masyarakat.

“Jadi, selain melestarikan karya batik tulis ini, tekad saya juga agar bisa mempekerjakan karyawan. Bisa bermanfaat untuk orang lain. Untuk karyawan sendiri sekitar 6-10 pekerja, dari masyarakat disini dan juga luar daerah,” sebutnya

Yuni bercerita, adanya pandemi covid-19 memang mengajarkan kuat menghadapi tantangan yang lain dalam memasarkan produknya. Termasuk juga memberikan pengetahuan tentang batik kepada masyarakat luas.

Jika sebelumnya Ia memaksimalkan pemasaran secara offline kini ia berinovasi dengan memanfaatkan pemasaran secara online. Meski pemesanannya tidak sebanyak sebelum adanya Pandemi covid-19, namun omsetnya saat ini bisa mencapai puluhan juta rupiah. Terdiri dari pemesanan berbagai daerah, seperti wilayah Madura sendiri, Madiun, Lamongan, Surabaya, Kalimantan, dan berbagai daerah lainnya.

“Rata-rata yang kita pasarkan saat ini 80 persen itu secara online dan 20 persennya offline. Ya, belajar dari pandemi itu tadi. Sebelum pandemi, kita memasarkan produk batik ini terbalik, 80 persen offline, 20 offline,” tutupnya. (Fauzi)

title="banner"
Banner