SUMENEP, detikkota.com — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep terus berupaya menangani persoalan sampah yang kian meningkat setiap harinya. Tercatat, sekitar 36 ton sampah masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batuan setiap hari, namun hanya sebagian kecil yang berhasil diolah menggunakan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF).
Kepala Bidang Persampahan DLH Sumenep, Deddy Surya, S.T., M.M., mengungkapkan bahwa dari total volume sampah tersebut, hanya sekitar 3 hingga 4 ton per hari yang bisa dikonversi menjadi energi terbarukan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kapasitas mesin RDF yang hanya mampu mengelola hingga 10 ton sampah per hari.
“Sebagian besar sampah berasal dari rumah tangga, pasar, pertokoan, dan aktivitas warga di kawasan perkotaan,” jelas Deddy, Senin (7/7/2025). Ia menambahkan, sisanya masih ditangani secara konvensional atau menumpuk di TPA karena keterbatasan teknologi dan sarana.
DLH telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengelolaan sampah, seperti penambahan armada pengangkut, penyediaan tempat sampah di titik strategis, serta kampanye pengurangan sampah plastik. Namun, menurut Deddy, persoalan utama bukan hanya pada fasilitas, melainkan pada rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dari sumbernya.
“Yang lebih penting adalah menumbuhkan budaya sadar lingkungan. Edukasi masyarakat perlu ditingkatkan agar terbiasa memilah sampah dari rumah dan tidak membuang sembarangan,” tegasnya.
DLH juga mendorong partisipasi warga melalui program berbasis komunitas seperti bank sampah dan gerakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), yang dinilai efektif dalam menekan volume sampah.
“Jika masyarakat ikut terlibat aktif, maka beban TPA akan berkurang dan lingkungan akan lebih bersih. Ini tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” pungkas Deddy.