SUMENEP, detikkota.com – Burung Kakatua Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea Abbotti) merupakan hewan dengan kategori langka dan dilindungi. Jambul kuning ras Abbotti, hanya ada di Pulau/Desa Masakambing Kecamatan Masalembu Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Diketahui, pada tahun 2000an jumlahnya hanya 25 ekor dan nyaris punah.
Burung dengan ciri has bulu tubuh berwarna putih dengan jambul berwarna kuning tersebut sulit berkembang biak dan mencari pakan diduga karena makin menyempitnya habitat akibat penebangan hutan dan pembukaan lahan untuk pertambakan.
Terbaru, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Masalembu menemukan 3 ekor anakan burung tersebut yang baru keluar dari sarangnya. Dengan penambahan tersebut, koleksi Kakatua Jambul Kuning di salah satu habitat aslinya itu kini menjadi 28 ekor.
Petugas kehutanan terus mengawasi ketiga anakan tersebut. Pengawasan dilakukan untuk menjaganya dari serangan predator atau jatuh dari sarang karena belum bisa terbang.
Penyuluh Kehutanan Seksi Konservasi Wilayah Pamekasan, Didik Sutrisno membenarkan bahwa, beberapa hari lalu, petugasnya menemukan salah satu anakan Kakatua Jambul Kuning atuh, hingga harus dibantu untuk kembali ke sarangnya.
Menurutnya, sejak 2015 lalu, upaya penyelamatan dilakukan. Selain membentuk tim monitoring yang khusus mengawasi perkembangan burung tersebut, juga dilakukan penanaman pohon sarang, pohon pakan, serta konservasi kawasan esensial sebagai habitat aman.
Selain itu, pihaknya juga melakukan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi Kakatua Jambul Kuning yang merupakan burung asli Masakambing. Hasilnya, warga setempat yang sebelumnya acuh dengan si Jambul Kuning, sebagian mulai ikut membantu petugas kehutanan dalam pengawasan.
“Bahkan, sekarang banyak diantara mereka yang terlibat sebagai relawan dan aktif membantu tugas kami,” kata Didik bersyukur.
Sementara itu, tokoh masyarakat Masalembu, Syamsul Arifin, mengatakan tidak banyak masyarakat Masalembu yang mengetahui bahwa mereka memiliki burung khas, yakni Kakatua Jambul Kuning. Hal itu disebabkan karena keberadaannya yang mulai langka sehingga kurang dikenal.
Padahal, lanjut Syamsul, waktu dirinya masih kecil sering melihat burung tersebut di kebun maupun pekarangan warga, saat dirinya berkunjung ke rumah keluarga di Masakambing.
“Pengetahuan tentang Kakatua Jambul Kuning sebagai burung langka dan dilindungi perlu disosialisasikan, terutama terhadap anak-anak sekolah, agar tumbuh rasa memiliki dalam diri mereka, dengan harapan perlindungannya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,” jelasnya.(red)