Seminggu Ke Depan Hujan Lebat Akan Melanda, BMKG Sebut Ini Pemicunya

Rabu, 10 Mei 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Awan tebal menyelimuti wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur setelah hujan sejak dini hari.

Awan tebal menyelimuti wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur setelah hujan sejak dini hari.

SUMENEP, detikkota.com – Hujan sedang hingga lebat diprediksi melanda banyak daerah sampai sepekan ke depan, yakni dari 9-15 Mei 2023 sebagaimana keterangan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Berdasarkan Prakiraan Cuaca Mingguan BMKG, beberapa wilayah akan didominasi cuaca berawan sepanjang hari dengan potensi hujan sedang hingga lebat pada siang dan malam hari.

Wilayah-wilayah itu antara lain pesisir barat Sumatera, Jawa bagian selatan, Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan utara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan,” tulis BMKG dalam laman resminya.

BMKG menyebut curah hujan itu dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, faktor skala global yang tak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap cuaca RI, termasuk El Nino.

“Dalam skala global, nilai SOI (Southern Oscillation Index), IOD (Indian Ocean Dipole), dan Nino 3.4 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap curah hujan di wilayah Indonesia,” jelas BMKG.

El Nino sendiri ialah fenomena pemanasan permukaan laut di sekitar Pasifik yang berdampak pada penurunan curah hujan hingga berdampak pada kemarau kering, termasuk di Indonesia.

Sementara, Indeks Nino 3.4 merupakan salah satu indikator El Nino/Southern Oscillation (ENSO) berdasarkan suhu permukaan laut.

Nino 3.4 adalah rata-rata anomali suhu permukaan laut di area 5° lintang utara hingga 5° lintang selatan, 170° bujur barat hingga 120° bujur barat.

Kedua, Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada kuadran 5 (Maritime Continent) dan menunjukkan kondisi yang signifikan untuk Indonesia.

MJO merupakan anomali sirkulasi atmosfer daerah tropis berskala besar yang menyebar ke timur dari atas Samudra Hindia Barat, dan bergerak dengan kecepatan sekitar 5-10 meter per detik dengan durasi 30-60 hari.

Ketiga, gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo.

Gelombang Rossby Ekuator merupakan gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sepanjang wilayah ekuator (20 Lintang Utara – 20 Lintang Selatan) dengan periode kurang dari 72 hari yang umumnya bisa bertahan 7-10 hari di Indonesia.

Keempat, gelombang Kelvin yang diprakirakan akan aktif di Sumatera Barat, Kalimantan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara.

Gelombang Kelvin adalah gelombang atmosfer yang memiliki arah penjalaran mirip seperti MJO, yaitu ke arah timur, namun dengan periode gelombang jauh lebih pendek, yakni 2,5 hingga 20 hari.

“Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia,” tulisnya di website resmi BMKG.

Kelima, BMKG juga menyebut faktor bibit siklon tropis 91S dan 91B sebagai pemicu hujan di beberapa wilayah, terutama di wilayah Sumatera.

Keenam, Sirkulasi Siklonik yang terpantau di Selat Makassar, Laut Maluku, dan Samudera Pasifik timur Filipina. Hal ini membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang di pesisir barat Sumatera Utara.

Daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lain juga terpantau di Jawa Timur, pesisir Utara Kawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Papua Bagian Tengah, Papua Barat, serta daerah pertemuan angin (konfluensi) di Samudera Hindia Barat Sumatera Utara, Aceh, Samudera Hindia Selatan NTT, Barat Daya Lampung.

“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut,” imbuh BMKG.

Sebelumnya, BMKG mengungkap El Nino lemah akan menyapa Indonesia tahun ini dan memicu potensi kemarau kering secara bertahap di banyak wilayah Indonesia.

Berita Terkait

Tim Gaktiblin Bidpropam Polda Jatim Mitigasi Cek Kelengkapan Personil Polres Sumenep
Warga Branta Pesisir Digegerkan Penemuan Mayat Tanpa Identitas di Pantai
Truck Aqua Hantam Minibus di Cijambe Subang, 3 Orang Tewas, 7 Alami Luka Berat, Berikut Daftar Nama Korban Dalam Peristiwa Berdarah Tersebut
Pelaku Tabrak Lari di Jenangger Berhasil Diringkus Satlantas Polres Sumenep
Gempa Magnitudo 4,1 Guncang Sumenep, BMKG: Termasuk Rangkaian Gempa Susulan
Dua Santri Asal Sampang Jadi Korban Meninggal Tragedi Runtuhnya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
GMNI Sumenep Ultimatum BPN: Tuntut Penyelesaian Konflik Agraria dalam 2×24 Jam
Said Abdullah: Pertahanan Semesta Bukan Sekadar Strategi Militer, Tapi Tanggung Jawab Bangsa

Berita Terkait

Jumat, 10 Oktober 2025 - 11:53 WIB

Tim Gaktiblin Bidpropam Polda Jatim Mitigasi Cek Kelengkapan Personil Polres Sumenep

Jumat, 10 Oktober 2025 - 10:55 WIB

Warga Branta Pesisir Digegerkan Penemuan Mayat Tanpa Identitas di Pantai

Kamis, 9 Oktober 2025 - 19:27 WIB

Truck Aqua Hantam Minibus di Cijambe Subang, 3 Orang Tewas, 7 Alami Luka Berat, Berikut Daftar Nama Korban Dalam Peristiwa Berdarah Tersebut

Kamis, 9 Oktober 2025 - 08:26 WIB

Pelaku Tabrak Lari di Jenangger Berhasil Diringkus Satlantas Polres Sumenep

Rabu, 8 Oktober 2025 - 11:44 WIB

Gempa Magnitudo 4,1 Guncang Sumenep, BMKG: Termasuk Rangkaian Gempa Susulan

Berita Terbaru