SUMENEP, detikkota.com – Di tengah wacana survei seismik 3D yang direncanakan berlangsung di laut Kangean, Agus Salim, Ketua GARIS-K (Gerakan Advokasi Rakyat dan Intelektual Sosial Kangean), tampil sebagai putra daerah yang menolak tanah kelahirannya dijadikan arena eksperimen industri migas.
“Saya bukan anti pembangunan. Tapi saya percaya, pembangunan tanpa mendengar suara rakyat adalah bentuk perampasan yang sah secara hukum tapi cacat secara moral,” ujar Agus Salim, Sabtu (14/06/2025).
Kecurigaan Masyarakat
Agus menuturkan bagaimana laut dan lingkungan sekitarnya telah menjadi nadi kehidupan masyarakat. Ketika rencana seismik ini muncul tanpa sosialisasi yang memadai, tanpa melibatkan masyarakat lokal, kecurigaan pun muncul.
“Kami lelah menjadi penonton di tanah sendiri. Ketika laut kami diguncang gelombang buatan, siapa yang menjamin tidak ada kerusakan? Siapa yang menjamin biota laut tetap aman?” katanya.
Penolakan dan Desakan
GARIS-K menyatakan penolakan terhadap survei seismik 3D dan menyampaikan tiga desakan utama:
1. Pemkab Sumenep harus bersuara: Pemkab tidak boleh hanya hadir di Pulau Kangean saat pilkada, tapi harus peduli pada pulau-pulau yang telah menyumbang kekayaan besar.
2. Camat Arjasa harus berdiri bersama rakyat: Camat Arjasa harus memilih antara bersama rakyat atau bersama investasi yang membungkam.
3. PT KEI dan SKK Migas harus menghentikan rencana survei: PT KEI dan SKK Migas harus angkat kaki dari laut Kangean jika tidak sanggup berdialog secara jujur dan terbuka dengan masyarakat.
Gagasan Alternatif
Agus menyuarakan gagasan alternatif tentang masa depan Kangean: pembangunan berbasis masyarakat dan kelestarian lingkungan. “Kami ingin laut yang sehat, pulau yang kuat, dan warga yang berdaulat. Kami ingin pendidikan yang merata, infrastruktur yang manusiawi, dan pemimpin yang tidak hanya datang saat butuh suara,” ucapnya.
Ajakan kepada Pemuda
Agus mengajak seluruh pemuda dan mahasiswa asal Kangean untuk tidak tinggal diam. “Pemuda bukan hanya penerus bangsa, tapi juga penjaga ruang hidup masyarakatnya. Saat mereka datang dengan alat-alat berat dan kapal-kapal canggih, kami hanya punya suara dan keberanian. Tapi sejarah bangsa ini dibentuk dari keberanian rakyat kecil yang menolak tunduk,” pungkasnya.