Bangun Wisata Berbasis Masyarakat, Bupati Sumenep Dorong Peningkatan Ekononi

Bupati Sumenep, H. Achmad Fauzi Wongsojudo.

SUMENEP, detikkota.com – Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur (Jatim) dalam beberapa tahun terakhir jadi salah satu daerah yang banyak dikunjungi wisatawan. Kabupaten paling timur di Pulau Madura itu memiliki destinasi wisata beragam, mulai bahari, religi, hingga geologi.

Bupati Sumenep, H. Achmad Fauzi Wongsojudo memastikan bahwa seluruh objek wisata unggulan di kabupaten yang dipimpinnya itu, dibangun berbasis masyarakat.

Banner

“Jadi pemerintah hanya mendorong masyarakat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mendorong potensi yang menjadi destinasi wisata,” jelasnya, Selasa (26/9/2023).

Fauzi mencontohkan, destinasi wisata Gili Labak, yang terkenal dengan wahana diving dan snorkeling seluruhnya dikelola dan dilaksanakan oleh warga setempat. Pemerintah hanya membekali warga dengan pelatihan hingga pemberian lisensi.

Menurutnya, hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah daerah terkait pemberdayaan sumber daya masyarakat. Termasuk, peningkatan skill dan edukasi.

“Di Gili Labak misalnya, sebagai destinasi diving dan snorkeling  maka sumber daya manusianya kami siapkan. Kita sekolahkan terkait dengan diving dan snorkeling sehingga nanti mereka dapat lisensinya. Karena diver itu gak bisa menyelam kalau gak punya lisensi,” jelasnya.

Bupati Fauzi menyatakan, ciri khas destinasi wisata di Kabupaten Sumenep yang terus dipertahankan adalah menjadikan tamu sebagai raja.

“Jadi namanya tamu benar-benar harus dijaga satu sama lain, bahu-membahu jangan sampai tamu datang ke Sumenep merasa tidak nyaman karena warganya sendiri gak sopan, cuek-cuek misalnya, bahkan sampai ada barang yang hilang. Itu yang sangat kami jaga. Dan selama ini Alhamdulillah tidak ada satupun keluhan yang kami dapatkan dari seluruh destinasi wisata kita yang ada,” ucapnya.

Meski demikian, Ketua DPD PDIP Sumenep itu mengakui masih ada PR lain berupa biaya wisata, khususnya waktu masuk masa liburan. Tapi, dia menegaskan tetap ada kontrol terkait masalah itu, termasuk biaya transportasi yang kadang naik.

“Ini kalau sudah ramai pasti ada yang nakal, walaupun sudah kita bentuk komunitasnya, komitmen bersama, tapi kadang ada yang diam-diam menaikan. Misalnya harga Rp40 robu naik jadi Rp70 ribu. Makanya, kami panggil, kami satukan agar jangan sampai terjadi seperti itu, karena akan merugikan kita semua,” tegasnya.

Disinggung soal banyaknya poster, pamflet bergambar dirinya beredar di warung-warung hingga yang tertempel di angkutan umum wilayah luar Madura, Fauzi menyebut, poster-poster tersebut merupakan bentuk sosialisasi dan promosi mengajak masyarakat datang ke Kabupaten Sumenep, menikmati keanekaragaman wisata yang sudah dikembangkan disana.

“Jadi cara promosi kami itu memang unik, ya. Kami coba pasang beberapa spanduk misalnya di toko klontong, itu mengajak masyarakat ayo berwisata ke Semenep. Karena memang target jangka pendek kami memang wisatawan Jawa Timu. Lalu ada di beberapa bus, ya memang kami pasang dengan tujuan untuk mengajak wisatawan,” jelasnya.

Fauzi mengakui, pascapandemi Covid-19, yang paling dimungkinkan dijual untuk mendorong percepatan perekonomian adalah sektor pariwisata. Menurutnya, dengan promosi unik di angkutan umum hingga warung kelontong tersebut, masyarakat akan semakin penasaran dengan wisata di Sumenep.

“Saya cuma numpang saja, oh ini bupatinya maksudnya gitu kan, ya. Tujuannya cuma satu sebenarnya, saya mendorong bagaimana pertumbuhan ekonomi kita semakin baik. Yang tadinya 3,6 persen di tahun 2021, tahun 2022 jadi 5,02 persen. Nah itu salah satu dampak kami mendorong sektor wisata yang ada di Kabupaten Sumenep,” pungkasnya.

title="banner"
Banner