SUMENEP, detikkota.com – Pada kepemimpinan Bupati Sumenep Achmad Fauzi, program pemberdayaan terhadap pemuda memang terbilang masif, salah satunya di sektor pemberdayaan pemuda dalam membatik.
Hal ini memang mendapat support penuh dari pemkab Sumenep, selain untuk menunjang keberhasilan dalam mengurangi angka pengangguran juga untuk mengangkat ekonomi khususnya masyarakat Sumenep di kalangan pemuda.
Pada kesempatan kali ini, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi menyempatkan diri mengunjungi Stand Pameran Sumenep Job Fair 2022 pada Rabu (16/11/2022) kemarin, di Gedung Graha Wicaksana Abdi Negara (KORPRI) Sumenep.
Kedatangan Bupati Achmad Fauzi di Stand Batik Tulis Canteng Koneng tidak sendirian, turut mendampingi Wakil Bupati Hj. Dewi Khalifah, dan segenap Forkopimda Sumenep.
Dalam kunjungannya, Bupati Fauzi sangat mengapresiasi para karyawan Batik Tulis Canteng Koneng sebagai Pengrajin Batik Tulis Khas Sumenep untuk terus berkarya dan terus semangat untuk meningkatkan karya seninya.
Ia menyampaikan bahwa, pengrajin batik tulis di Sumenep saat ini rata-rata anak muda, dan hal itu menurutnya perlu mendapatkan apresiasi penuh, lantaran karya batiknya saat ini telah dipakai oleh kalangan pejabat tingkat Daerah, Provinsi Hingga Dipakai Presiden Republik Indonesia (RI).
“Batik pola yang seperti ini sudah di pakai Gubernur, Wakil Gubernur, bahkan Presiden. Ini batik generasi muda dan rata-rata yang membatik kalangan pemuda,” ucap Bupati sembari menyempatkan diri untuk sambil belajar membatik.
Politisi PDI Perjuangan ini juga menjelaskan bahwa ada dua generasi pengrajin batik tulis khas Sumenep.
“Kita ada dua generasi pembatik, pertama pembatik pola di Pakandangan generasi tua generasi legendaris, dan kita ada batik pola yang membatik adalah generasi-generasi muda semua,” katanya.
Bupati Fauzi menegaskan bahwa, Harga batik tulis ini Mahal, karena untuk pengerjaanya butuh skil yang tinggi, jadi kami Berharap Dikabupaten Sumenep ini jangan sampai ada batik yang Di Print.
“Mari kita jaga bersama sama, Hargai para pengrajin Batik Tulis Sumenep, jangan sampai di print.” Tegasnya.
Sehingga Menurutnya, Batik printing ini dapat menurunkan pamor dari batik tulis sebagai kerajinan Sumenep. Pasalnya sejak dulu batik tulis dikenal sebagai batik tulis murni yang memiliki ciri khas, keunikan, cerita dan filosofi dari setiap motifnya.
Fauzi menuturkan, sebenarnya batik print tersebut bukanlah termasuk batik, melainkan kain yang bermotif seperti batik. Hal ini karena definisi batik adalah kain dengan pola warna yang dibuat menggunakan Malam atau liln Dengan Canting, sedangkan batik print tidak melalui proses ini.
“Harapannya jangan sampai batik tulis Sumenep yang sudah dikenal murni tulis dengan sejumlah motif yang telah dipatenkan bisa tergusur dengan munculnya batik printing.” Harapnya.
“jangan sampai yang sudah menjadi paten batik tulis ini nanti tergusur dengan batik printing, dan saya yakin kedepannya batik tulis Sumenep ini akan bertahan lama karena mempunyai nilai filosofi, kronologi dan sejarah yang terkandung didalamnya,” ungkapnya.
Untuk itu, Suami Nia Kurnia Fauzi ini kemudian mengajak seluruh awak media untuk memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa di Sumenep ada mahakarya batik yang pembatiknya rata-rata adalah pemuda.
“Ini yang teman-teman media perlu sampaikan ke publik, biar semua tahu bahwa di Sumenep ini ada karya batik yang pembatiknya rata-rata usianya 25 tahun ke bawah,” Tandasnya. (Md/red)