Hari Pahlawan: Megawati Sebut Peran Santri dan Revolusi Jihad

Rabu, 11 November 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Megawati dalam webinar dengan tema Dialog Kebangsaan Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial, yang diadakan oleh Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

Megawati dalam webinar dengan tema Dialog Kebangsaan Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial, yang diadakan oleh Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

JAKARTA, detikkota.com – Di momentum perayaan Hari Pahlawan 10 November, Presiden RI Kelima, Megawati Soekarnoputri, berkisah soal kisahnya dengan para mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (AS).

Kisahnya itu untuk menggambarkan bagaimana kerap kali orang muda Indonesia cenderung kurang mau membaca dan belajar dari pengalaman pahlawan serta sejarah perjuangan bangsa di masa lalu.

Kata Megawati, saat berkunjung ke AS, dia diajak berdebat oleh para pemuda Indonesia yang belajar di sana. Topiknya adalah soal Pancasila. Megawati menerima tantangan itu, dengan satu syarat. Bahwa mereka harus terlebih dahulu membaca sejarah lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Mereka datang beberapa orang sebagai perwakilan, terdiam. Saya tahu mereka pasti belum baca. Jadi saya bilang, kalau nanti kita mau debat, kalian belum baca, namanya debat kusir, koprol bambu, saya tidak bersedia,” kata Megawati dalam webinar dengan tema Dialog Kebangsaan Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial, yang diadakan oleh Universitas Negeri Jakarta (UNJ). (10/11/2020).

Bahkan Megawati menginformasikan para mahasiswa itu bisa mencari informasi ke University of Hawaii.

“Saya bilang coba datang ke situ, kamu cari, kamu baca. Saya janji kalau saya ke Amerika lagi, jemputlah saya dengan perjanjian kamu sudah baca,” kata Megawati.

Di kesempatan berikutnya ke AS, justru Megawati yang mengontak para mahasiswa itu. Dan ketika diajak berdebat, para mahasiswa sudahleboh memahami falsafah bangsa tsb.

“Ayo apa yang kami tanyakan kepada saya? Mereka bilang gini. Enggak jadi bu, kita enggak usah debat. Lah kenapa? Karena kami sudah mengerti apa maksud dan isi pidato itu. Jadi? Ya seharusnya seperti itu,” kata Megawati.

“Itulah yang saya maksud mengapa semangat Hari Pahlawan ini tidak hanya simbolik, tapi harus diceritakan, diberikan sebuah sejarah dari negara kita, tapi tentunya dengan tidak ada pemutarbalikan,” jelas Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu.

“Banyak sekali bukti otentik yang bisa kita daparkan di Arsip Nasional dan lain sebagainya. Sehingga para pemuda kita sekarang mengerti bagaimana jalan pemikiran, bukan hanya Bung Karno saja sebagai prokamator, tapi para pemimpin bangsa yang lain,” tambahnya.

Baginya, di Hari Pahlawan adalah momen mengajak untuk melihat perjuangan anak-anak bangsa mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih. Menurut dia, momentum mempertahankan kemerdekaan Indonesia, itu digaungkan oleh para santri pada 22 Oktober 1945, dengan semangat hubbul wathon minal iman.

“Semangat hubbul wathon minal iman oleh para santri melalui revolusi jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 menjadi api semangat bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” kata Megawati.

Semangat inilah, lanjut dia, membawa sampai ke Surabaya, tepatnya di Hotel Yamato. Di mana para pemuda dengan gagah berani naik ke puncak gedung tertinggi, merobek warna biru pada bendera Belanda. Bendera tersisa dijadikan sang saka merah putih.

“Generasi muda mustinya mengetahui heroiknya sejarah tersebut,” kata Megawati.

Karena itu, dia mengusulkan untuk semua pihak memutarkan kembali film-film dokumenter. Tujuannya agar generasi muda sekarang bsia membayangkan bagaimana sebenarnya perjuangan para pemuda di era kemerdekaan itu.

“Sehingga anak keturunan kita tetap mengerti bahwa mengapa Hari Pahlawan ini disebut Hari Pahlawan. Terbayangkankah kalau sekiranya kita merdeka itu dengan diberi?. Saya kira tidak akan ada namanya pahlawan,” tutur Megawati. (Dw.A/Red)

Berita Terkait

Wali Kota Eri Cahyadi Sambut Delegasi 17 Negara dalam Peringatan 70 Tahun KAA di Surabaya
PB ISSI Beri Penghargaan untuk Banyuwangi, Apresiasi Konsistensi Kembangkan Sport Tourism
BMKG Imbau Warga Jatim Waspadai Cuaca Ekstrem, Lumajang Masuk Daerah Rawan
DLH Surabaya Selidiki Fenomena Ikan Mabuk di Banyu Urip dan Kalimas, Diduga Akibat Penurunan Kadar Oksigen
Siswa SDN Tamberu 2 Belajar di Tenda Dekat TPA, DPRD Pamekasan Desak Solusi Cepat
Dari Kain ke Peradaban: Batik Tulis Canteng Koneng Hidupkan Nilai Sumpah Pemuda
Balmon Surabaya Gelar UNAR 2025 di Pamekasan, 60 Peserta Ikuti Ujian Amatir Radio
Presiden Prabowo Jamuan Santap Malam Kenegaraan untuk Presiden Brasil Lula da Silva di Istana Merdeka

Berita Terkait

Jumat, 31 Oktober 2025 - 10:22 WIB

Wali Kota Eri Cahyadi Sambut Delegasi 17 Negara dalam Peringatan 70 Tahun KAA di Surabaya

Kamis, 30 Oktober 2025 - 13:37 WIB

BMKG Imbau Warga Jatim Waspadai Cuaca Ekstrem, Lumajang Masuk Daerah Rawan

Kamis, 30 Oktober 2025 - 11:42 WIB

DLH Surabaya Selidiki Fenomena Ikan Mabuk di Banyu Urip dan Kalimas, Diduga Akibat Penurunan Kadar Oksigen

Rabu, 29 Oktober 2025 - 10:55 WIB

Siswa SDN Tamberu 2 Belajar di Tenda Dekat TPA, DPRD Pamekasan Desak Solusi Cepat

Selasa, 28 Oktober 2025 - 12:58 WIB

Dari Kain ke Peradaban: Batik Tulis Canteng Koneng Hidupkan Nilai Sumpah Pemuda

Berita Terbaru