SUMENEP, detikkota.com – Suasana Lapangan Sepak Bola Desa Paberasan, Kecamatan Kota Sumenep, mendadak ramai pada Minggu (21/9/2025). Ratusan perkutut bersahut-sahutan mengeluarkan suara khasnya dalam ajang Konkurs Seni Suara Alam Burung Perkutut LPS 3 Putaran 7 Pengcam Kota. Lomba ini diikuti lebih dari 600 peserta yang datang tidak hanya dari Sumenep, tetapi juga Pamekasan, Sampang, Bangkalan, bahkan dari luar Madura.
Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, S.H., M.H., hadir langsung untuk membuka acara. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya ajang tersebut bagi masyarakat.
“Pemerintah daerah memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini karena mampu menyatukan masyarakat. Konkurs perkutut tidak hanya ajang hobi, tetapi juga momentum mempererat persaudaraan, menggerakkan ekonomi warga, sekaligus menjaga budaya. Dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, kegiatan ini saya nyatakan dibuka,” katanya disambut tepuk tangan peserta dan penonton.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Bupati, perkutut memiliki nilai budaya tersendiri di Madura. “Ini bukan sekadar lomba burung, tetapi bagian dari tradisi yang sudah diwariskan turun-temurun. Pemerintah daerah akan terus mendukung kegiatan positif seperti ini,” tambahnya.
Kepala Desa Paberasan, Rahman Saleh, SE, mengaku bangga desanya ditunjuk sebagai lokasi kegiatan besar tersebut. “Kami senang sekali karena Paberasan bisa menjadi tuan rumah ajang besar ini. Selain memperkenalkan desa, kegiatan ini juga menghidupkan ekonomi warga, khususnya pelaku UMKM yang berjualan di sekitar arena,” ujarnya.
Ia menegaskan akan mendorong agar kegiatan serupa bisa digelar rutin setiap tahun. “Kami berharap ajang ini bisa rutin digelar, bukan hanya sekali-sekali. Selain menjaga tradisi, kegiatan seperti ini juga membawa manfaat nyata bagi warga, baik dari sisi silaturahmi maupun ekonomi,” lanjutnya.
Ketua Panitia Konkurs, Matsin, menyebut jumlah peserta tahun ini melebihi perkiraan. “Pesertanya lebih dari 600, tidak hanya dari Sumenep, tetapi juga dari Pamekasan, Sampang, Bangkalan hingga luar Madura. Ini membuktikan bahwa seni suara alam perkutut masih sangat diminati dan mampu menyatukan pecinta burung dari berbagai daerah,” jelasnya.
Panitia, lanjut Matsin, membuka beberapa kelas perlombaan, mulai dari Dewasa Bebas, Piyik Bebas, Piyik Junior, hingga Piyik Hanging, masing-masing dengan dua blok penilaian. “Dengan format ini, penghobi dari berbagai level bisa ikut berpartisipasi,” tambahnya.
Pantauan di lokasi menunjukkan suasana yang meriah. Riuh kicau perkutut bercampur dengan tepuk tangan penonton menciptakan atmosfer layaknya pesta rakyat. Di sisi lain, puluhan pedagang UMKM sibuk melayani pembeli. Mulai dari makanan tradisional Madura, minuman segar, hingga aksesoris penghobi burung laris diserbu pengunjung.
“Alhamdulillah jualan saya ramai. Banyak peserta dan penonton yang membeli,” kata Lilis, salah satu pedagang makanan ringan asal Paberasan. Ia berharap kegiatan semacam ini lebih sering digelar agar ekonomi desa makin berkembang.
Kegiatan yang berlangsung sejak pagi hingga siang itu ditutup dengan pengumuman juara dari tiap kategori. Suasana penuh antusiasme menunjukkan bahwa konkurs perkutut bukan hanya arena kompetisi, tetapi juga ruang silaturahmi dan penggerak ekonomi lokal.
Penulis : Red
Editor : Red







