Makin Masif, Pemkot Surabaya Buat Satgas untuk Awasi Anak di Malam Hari

Kamis, 26 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif orang tua dan seluruh elemen masyarakat.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif orang tua dan seluruh elemen masyarakat.

SURABAYA, detikkota.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meluncurkan kebijakan jam malam bagi anak di bawah usia 18 tahun, yang berlaku mulai pukul 22.00 hingga 04.00 WIB. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi anak-anak yang berkeliaran di malam hari tanpa pengawasan orang tua.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif orang tua dan seluruh elemen masyarakat. Pemkot Surabaya akan membentuk satuan tugas (satgas) di setiap RT/RW, yang akan menjadi garda terdepan dalam mengawasi dan memberikan edukasi di lingkungan masing-masing.

Kebijakan jam malam ini akan difokuskan pada sweeping di ruang publik terbuka, seperti taman dan jembatan. Anak-anak yang ditemukan berkeliaran tanpa pengawasan akan dijemput dan diantar pulang. Orang tua mereka juga akan didokumentasikan sebagai bentuk peringatan dan edukasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemkot Surabaya akan melibatkan psikolog dari perguruan tinggi untuk membina anak-anak yang terjaring sweeping. Anak-anak yang terjaring akan menjalani pembinaan selama 7 hari di Rumah Perubahan, lengkap dengan pendampingan psikolog.

Selain itu, Pemkot Surabaya juga menyediakan fasilitas pendidikan melalui Rumah Ilmu Arek Surabaya (RIAS) bagi anak-anak dari keluarga yang kurang mampu dan menghadapi kendala biaya pendidikan formal.

Program RIAS ini dirancang khusus untuk memastikan setiap anak Surabaya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar.

Wali Kota Eri menekankan bahwa pendekatan yang diambil bukan semata-mata kekerasan, melainkan upaya penyadaran melalui pendekatan psikologis.

“Saya ingin mengubah Surabaya dengan budaya areknya, dan itu bisa. Kita tidak akan menyelesaikan masalah dengan kekerasan, tapi dengan menyentuh akarnya,” pungkasnya.

Berita Terkait

Proyek Pengaspalan di Ciseureuh Tanpa Papan Informasi Diduga Tak Sesuai Standar
HIMPSI Sumenep Siap Bersinergi dengan Pemkab Perkuat Kesehatan Mental Masyarakat
Polres Sumenep Beri Penghargaan kepada Lima Warga Peduli Keamanan
Haul Akbar K.R. Khotib Paranggan Dihadiri Ribuan Jamaah dan Tokoh Nasional
Pembangunan Jalan Lingkungan dan TPT di Desa Pusakamulya Dilaksanakan Secara Swadaya, Kades: Agar Semua Warga Merasakan Hasilnya
Desa Cigelam Rayakan Milangkala ke-96 dan Peringati Maulid Nabi SAW
Pagar Nusa Sumenep Gelar Pasukan Siaga Bela Kiai dan Latihan Gabungan Peringati Hari Santri
Baznas Sumenep Salurkan Bantuan Tahap 3 Senilai Rp308 Juta untuk Korban Gempa

Berita Terkait

Senin, 20 Oktober 2025 - 18:37 WIB

Proyek Pengaspalan di Ciseureuh Tanpa Papan Informasi Diduga Tak Sesuai Standar

Senin, 20 Oktober 2025 - 15:28 WIB

HIMPSI Sumenep Siap Bersinergi dengan Pemkab Perkuat Kesehatan Mental Masyarakat

Minggu, 19 Oktober 2025 - 20:34 WIB

Haul Akbar K.R. Khotib Paranggan Dihadiri Ribuan Jamaah dan Tokoh Nasional

Minggu, 19 Oktober 2025 - 20:25 WIB

Pembangunan Jalan Lingkungan dan TPT di Desa Pusakamulya Dilaksanakan Secara Swadaya, Kades: Agar Semua Warga Merasakan Hasilnya

Minggu, 19 Oktober 2025 - 17:32 WIB

Desa Cigelam Rayakan Milangkala ke-96 dan Peringati Maulid Nabi SAW

Berita Terbaru