Menulusuri Peristirahatan Terakhir Sang Arsitek Masjid Jami’ Sumenep

Minggu, 3 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Ibnu Hajar sastrawan dan budayawan Sumenep saat menunjukkan kuburan china yang diyakini persemayaman Lauw Piango di Desa Pangarangan Kecamatan Kota Sumenep

Foto: Ibnu Hajar sastrawan dan budayawan Sumenep saat menunjukkan kuburan china yang diyakini persemayaman Lauw Piango di Desa Pangarangan Kecamatan Kota Sumenep

SUMENEPdetikkota.com – Jika mendengar nama Kabupaten Sumenep, Jawa Timur pasti yang terlintas dalam benak pikiran masyarakat umum adalah sebuah kota terletak di ujung timur Pulau Madura, dengan akar sejarah peradaban kerajaan di masa lampau dan beberapa warisan kebudayaan yang masih terawat hingga kini

Salah satu warisan peradaban masalalu itu, bisa dilihat dari beberapa peninggalan berupa bangunan. Jika masyarakat diminta untuk menyebutkan satu peninggalan berupa bangunan sebagai produk budaya warisan peradaban masalalu. Pastilah tidak akan jauh dari Labang Mesem, dan Masjid Jami’ Sumenep atau yang biasa disebut masjid agung

Namun, sangat jarang masyarakat yang mengetahui penggagas, konseptor maupun arsitek atas bangunan klasik yang tetap kokoh melintasi lorong waktu menyusuri setiap zaman dalam peradaban manusia hingga kini tersebut

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jika ditelisik dari dokumen sejarah khusus untuk masjid jami’ Sumenep. Tercatat bangunan tua tersebut, digagas oleh Panembahan Somala sekitar tahun 1779 dan menunjuk seorang arsitek keturunan China bernama Lauw Piango. Penunjukan Lauw sebagai arsitek dinilai oleh sang Adipati Sumenep memiliki kemampuan di bidang arsitektur. Karena itulah, Lauw jadi satu-satunya orang kala itu yang mendapat kepercayaan untuk merancang tempat ibadah umat Islam

Singkatnya, sejarah tak pernah mencatat keberadaan Lauw Piango hingga akhir hayatnya dan persemayan terakhir sang maestro, sebagai orang yang memiliki kontribusi besar dalam babak sejarah peradaban masalalu. Hingga kini banyak genarasi yang awam akan jejak sejarah tersebut

Hal itu yang kemudian, menggerakkan seorang Budayawan Sumenep bernama Ibnu Hajar dan Agni Malagina pada tahun 2019 lalu untuk menelusuri jejak sejarah sang arsitek Masjid Jami’ khususnya persemayaman terakhirnya. Menurutnya, hal itu sangatlah penting sebagai warisan pengetahuan kepada generasi selanjutnya, agar tidak melupakan setiap bait sejarah dari Kabupaten Sumenep

Dari penelusurannya, Ibnu menemukan salah satu kuburan yang diyakini kuat merupakan tempat peristirahatan sang maestro

“Dari sekian banyak kuburan China di Sumenep, yang ada di Dungkek, Lenteng,  dan lainnya, yang diyakini kuburan Lauw Piango adalah kuburan yang ada di pemakaman China Desa Pangaranagan, Kecamatan Kota,” terang Ibnu,  (03/10/2021)

Keyakinan Ibnu itu muncul setelah ia dan kawannya menelusuri kuburan China yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Sumenep. Di kawasan kuburan China Di Pangarangan itulah ia menemukan satu kuburan bertuliskan China dan tahun peninggalannya yang masih semasa dengan pembangunan Masjid Jami’.

“Pada batu Nisan yang bertuliskan China itu, di situ tertera bahwa Lauw meninggal pada tahun 1785. Nah, pembangunan Masjid Jami’ dirancang pada tahun 1779 dan baru selesai 1787,” kata Ibnu, sambil menunjuk pada kuburan China bercat putih yang ada di depannya.

Bukti kongkrit lainnya, kata Ibnu, pada tulisan China yang tertera di batu Nisan tersebut orang yang meninggal bernama Liu Yu San, dalam bahasa Hokkian disebut Lauw Giok San. Dugaan ini diperkuat lagi dengan pernyataan juru kunci makam bahwa kuburan tersebut memang sang arsitek Masjid Jami’ yang berdiri megah di tengah Kota Sumenep

“Bisa jadi, Lauw Piango berubah nama setelah pindah ke Sumenep dari Jakarta, yang waktu itu dikenal dengan sebutan Batavia. Kebiasaan orang China memang berubah nama ketika berpindah tempat,” tutur Ibnu

Berdasarkan hasil pantauan detikkota.com, di lokasi pemakaman China Pangarangan, satu-satunya nisan yang menggunakan tulisan China hanya kuburan Lauw. Belasan makam lain di wilayah itu bertuliskan aksara Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa nisan warna putih dengan tulisan China memang kuburan tertua dari kuburan yang lainnya

Namun begitu, untuk menambah keyakinan sejarah, perlu penelitian secara arkeologis agar analisis yang didapat dari batu nisan bisa membuktikan bahwa kuburan itu benar kuburan Lauw Piango sang Arsitek Masjid Jami’ Sumenep.
Terakhir, Ibnu berharap, informasi ini perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah melalui penelitian lanjutan.

Bila benar makam itu adalah makam Lauw Piango, maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah di Kabupaten Sumenep untuk melakukan perwatan secara intensif sebagai bagian dari penghargaan terhadap jasa sang arsitek. (TH)

Berita Terkait

Pemkab Sumenep Dorong Kreativitas Lewat Anugerah Inovasi Daerah 2025
Dinsos PPPA Kota Probolinggo Kenalkan Aplikasi Portal Amanah untuk Posyandu
Kapolres Sumenep Gelar Tatap Muka Bersama Forkopimka, Kades, Toga, dan Tomas di Ambunten
Ribuan Ibu PKK Meriahkan Maulid Nabi di Pasuruan dengan Tradisi Tukar Cowek
46 Pelajar Bangkalan Ikuti Jumbara PMR X Jawa Timur
Cakupan ORI Campak Rubela di Sumenep Hari ke-16 Tembus 79,4 Persen
Wali Kota Surabaya Takziah ke Rumah Komandan Regu PMK yang Gugur saat Bertugas
Wali Kota Surabaya Larang RT, RW, dan LPMK Pungut Biaya Urusan Adminduk

Berita Terkait

Selasa, 16 September 2025 - 23:53 WIB

Dinsos PPPA Kota Probolinggo Kenalkan Aplikasi Portal Amanah untuk Posyandu

Selasa, 16 September 2025 - 12:09 WIB

Kapolres Sumenep Gelar Tatap Muka Bersama Forkopimka, Kades, Toga, dan Tomas di Ambunten

Selasa, 16 September 2025 - 12:05 WIB

Ribuan Ibu PKK Meriahkan Maulid Nabi di Pasuruan dengan Tradisi Tukar Cowek

Selasa, 16 September 2025 - 10:01 WIB

46 Pelajar Bangkalan Ikuti Jumbara PMR X Jawa Timur

Minggu, 14 September 2025 - 09:22 WIB

Cakupan ORI Campak Rubela di Sumenep Hari ke-16 Tembus 79,4 Persen

Berita Terbaru