SUMENEP, detikkota.com – Berbagai lomba dilaksanakan untuk memeriahkan Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan RI tahun 2023. Salah satunya lomba layangan hias yang digelar oleh komunitas Pelar Agung, Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, di lapangan setempat, Rabu (16/8/2023).
Pelar Agung merupakan komunitas pelestari budaya leluhur yang agung, berdiri sejak tahun 2017 oleh sekelompok pemuda-pemudi Desa Aeng Tongtong yang memiliki concern terhadap pelestarian budaya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Awalnya, komunitas ini terbentuk sejak mereka mulai mengenal sejarah desa yang mereka diami. Dari situ, mereka mulai melestarikan arsip artefak desa, yang dulunya hanya dimiliki oleh sebagian orang dan belum banyak diketahui oleh masyarakat umum hingga menghidupkan kembali tradisi lama yang mulai banyak dilupakan.
Ketua Komunitas Pelar Agung, Ika Arista menceritakan, saat ini banyak tradisi lama hingga sejumlah permainan yang dulunya sangat lekat dengan kultur masyarakat mulai luntur dan cenderung ditinggalkan.
“Misal, permainan layang-layang. Dulu, setiap musim kemarau tiba, sekitar bulen Sappar (Muharram), anak-anak kampung dengan riang mengisi waktu sore mereka dengan bermain layangan di sawah. Tapi, belakangan pemandangan seperti itu mulai langka,” jelasnya, Rabu (16/8/2023).
Ika yang juga dikenal sebagai satu-satunya Empu perempuan itu menyatakan, Pelar Agung berupaya kembali mendekatkan masyarakat dengan kultur lama yang pernah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Untuk itu, kata Ika, komunitasnya menggelar lomba layang-layang hias, sebuah permainan yang diminati banyak kalangan.
“Kami bersyukur karena antusiasme mereka sangat tinggi. Sedikitnya, ada 27 peserta yang ikut berpartisipasi dalam lomba ini. Ini memang skala lokal, hanya diikuti oleh warga dari dua dusun, yakni dusun Duko dan Endhena,” tuturnya.
Ika yang juga aktif diberbagai kegiatan kebudayaan itu optimis, kegiatan lomba layangan hias itu bisa lebih meriah pada tahun-tahun yang akan datang.
“Untuk Komunitas Pelar Agung ini pertama, dan akan kami laksanakan secara rutin setiap tahun dengan lebih mengulik dan mengeksplore lebih luas lagi soal permainan ini, agar bisa menampilkan lomba yang lebih meriah dan lebih original, baik secara teknik pembuatan maupun penggunaan bahan,” pungkas Ika.
Dalam perlombaan ini, panitia menyediakan sejumlah hadiah bagi para pemenang, yang meliputi kreatifitas bentuk, kesesuaian tema dan bisa terbang dengan baik. Tidak hanya itu, panitia juga menyediakan 1000 kupon doorprize bagi penonton yang hadir.
Sementara itu, salah seorang peserta, Ghafur mengaku senang bisa mengikuti acara lomba layangan yang diselenggaran oleh Komunitas Pelar Agung.
“Saya seperti bernostalgia dengan permainan tradisional masa kecil, yakni layangan. Bedanya, layangan yang saya tampilkan kali ini harus dihias agar tampil menarik,” sebutnya.
Pria yang juga punya keahlian membuat keris itu berharap agar kegiatan serupa terus dilaksanakan agar generasi muda masih bisa mengenal sejumlah permainan tradisional yang pernah ada.
“Mereka hari ini lebih mengenal permainan modern, seperti game dan lainnya. Jika tidak ada lomba permainan tradisional seperti ini, saya khawatir mereka akan tercerabut dari akar budaya mereka sendiri,” pungkasnya.