SUMENEP, detikkota.com – Setelah melakukan penyelamatan dan pelestarian turats ulama Nusantara tahap I pada tahun 2022, Nahdlatut Turats melanjutkan misinya pada tahun 2023 dengan melaksanakan digitalisasi dan katalog manuskrip tahap II yang digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Salah seorang tim Nahdlatut Turats,
Nuris menjelaskan, objek kegiatan tahap II adalah manuskrip karya Pendiri Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, yakni KH Muhammad Asy-Syarqawi Al-Kudusi dan manuskrip karya muridnya KH Abdus Syarif yang saat ini menjadi koleksi KH Ali Wafi, di Dawuhanmangli, Kecamatan Sukowono, Kabupten Jember.
“Alhamdulillah, di tahap kedua kami bersama tim melakukan digitalisasi dan katalogisasi yang dilakukan sejak Selasa (15/8/2023) malam hingga hari Rabu (16/8/2023) petang,” terangnya, seperti dilansir NUOnline, Minggu (20/8/2023).
Menurutnya, penyelamatan yang mereka lakukan diinisiasi setelah tim dari Nahdlatut Turats mendapatkan informasi dan restu dari KH Muhammad Al-Faiz bin Kiai Ahmad Sa’di bin Kiai Moh Amir bin Kiai Muhammad Ilyas bin Kiai Muhammad Asy-Syarqawi yang berdomisili di Jember.
Berdasarkan data tim, tercatat sebanyak 50 manuskrip telah dialihmediakan menjadi naskah digital dan berhasil dilakukan pengkatalogan. Bidang ilmu dalam manuskrip tersebut meliputi berbagai bidang, di antaranya akidah, fikih, tasawuf, dan balaghah.
Di antara 50 manuskrip di atas terdapat 4 manuskrip karya KH Muhammad Asy-Syarqawi, yakni Futuh fi Bayan al-Iman wa al-Islam, Asas al-Islam wa al-Iman, Doa Rasal Jailani, dan Doa Sapu Jagat. Selain itu, terdapat arsip Murasalah dari KH Muhammad Ilyas Syarqawi (putra dari Kiai Muhammad Syarqawi) dengan Kiai Nawawi, putra dari Kiai Abdus Syarif.
Selain kitab, ditemukan juga manuskrip berisi syai-syair tenang NU berbasa Madura pegon dan kartu (sejenis amplop) berlogo NU dengan aksara latin yang menggunakan Ejaan Republik atau Soewandi dan di bawahnya ada tulisan M Iljas bin M Sjarkawi. Ejaan Soewandi adalah ejaan yang menggantikan ejaan sebelumnya, yakni Ejaan van Ophuijsen.
Nuris menjelaskan, 2 kartu yang bernama KH M Ilyas Syarqawi dan berlogo NU merupakan kartu nama cetak kuno. Beberapa naskah memiliki titimangsa. Mayoritas menunjukkan tahun 1300-an H. Jika dikonversi ke Masehi, sekitar 1890-an atau akhir abad ke-20 M.
“Selama proses digitalisasi dan pengkatalogan pelestarian naskah, tim didampingi beberapa kiai-kiai muda dari keturunan Kiai Syarqawi, termasuk Kiai Muhammad Al-Faiz,” imbuhnya.
Pria asal Sumenep itu menuturkan, agenda digitalisasi itu merupakan suksesi tahap II setelah sebelumnya selesai dilakukan di beberapa pesantren di Jawa Timur pada 2022, di antaranya Pondok Pesantren Al-Akhyar Tambakagung Bangkalan, Sembilangan Kramat Bangkalan, Langitan Tuban, Al-Basyiriyah Padangan Bojonegoro, Qomaruddin Bungah Gresik, dan pesantren Sarang.
“Tahap kedua diawali dengan agenda yang sama, yakni di Pesantren Canga’an Bangil, Winongan, dan naskah peninggalan KH Abu Dzarrin Pasuruan. Untuk temuan manuskrip pesantren Annuqayah, salah satu karya pendiri sedang ditahqiq oleh Kiai Al-Faiz,” pungkasnya.