Mencari Titik Keseimbangan Diantara Hukum Sebab Akibat

Selasa, 8 Desember 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

detikkota.com – Sebagaimana telah ditulis pada artikel sebelumnya bahwasanya pada tiap realitas yang ada-terjadi maka dibelakangnya berdiri prinsip hukum sebab-akibat sebagai rangkaian proses yang melatar belakangi sesuatu sehingga sesuatu itu menjadi ada atau terjadi.

Sehingga eksistensi segala suatu dalam realitas tidaklah terjadi secara kebetulan melainkan mengikuti prinsip hukum sebab akibat. Dalam persfectif hukum sebab akibat, tidak ada atau tidak dikenal prinsip ‘kebetulan’ sehingga siapapun yang bersandar pada prinsip ‘kebetulan’ maka berarti ia telah menafikan prinsip hukum sebab akibat.

Di ambil contoh “Qisas” dalam agama Islam adalah hukum timbal balik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Stabilizer. Atau boleh disebut hukum sebab – akibat, aksi – reaksi, tebar – tuai, hukum causalitas dan lainnya.

Di agama Hindu namanya “Karma,” pada agama Budha dikenal “Dharma” atau lelaku/perbuatan. Poin inti dari hukum tersebut ialah (titik) keseimbangan.

Nyawa dibalas dengan nyawa, contohnya, kecuali musyawarah.

Kenapa demikian, bahwa alam selalu menuju titik keseimbangan entah fisik ataupun bersifat nonfisik.

Tatkala ia (alam) telah keluar atau berada di luar titik keseimbangan —ini disebut sebab, aksi, lelaku atau perbuatan— niscaya akan timbul reaksi/akibat sebagai upaya kembali kepada titik keseimbangan.

Ya. Aksi – reaksi atau hukum causalitas beroperasi.

Dan reaksi awal atau akibat permulaan, lumrahnya berujud gejolak di bidang sosial budaya, misalnya, atau gonjang-ganjing ekonomi, gejolak politik dan sebagainya.

Akan tetapi, tatkala gejolak awal pun tidak mampu mengembalikan alam ke titik keseimbangan, maka justru alam yang akan bereaksi.

“Inilah tahap lanjutan jika gejolak awal (sosial budaya dan lain-lain) tidak direspon secara bijak oleh organisme dan lingkungan sekitar”.

Dan agaknya inilah jawaban prematur, mengapa terjadi beberapa bencana alam (banjir, longsor dan lain-lain) serta ada empat gunung —pilar bumi— meletus secara bergiliran.

Bacalah tanda-tanda alam bagi orang yang berpikir!

(08/12/2020)

(Dw.A/Red)

Berita Terkait

Pemkab Lumajang dan Bea Cukai Probolinggo Musnahkan Rokok Ilegal di Stadion Semeru
HAKORDIA 2025: Polres Sumenep Dinobatkan sebagai Resor Terbaik Tangani Tipikor
Sat Reskrim Polres Sumenep Gelar Bakti Sosial di HUT ke-78, Wujud Kepedulian untuk Masyarakat
Kota Probolinggo Gelar Peringatan Hari Disabilitas Internasional dan Festival Kelurahan Inklusif 2025
Kraksaan Aspirasi Run 2025 Meriah, Ratusan Pelari Padati Alun-Alun Kota Kraksaan
PWI–PKP Sepakati Program Rumah Wartawan, MIO Indonesia Harap Tak Ada Diskriminasi
Water Run 2025 Perdana di Probolinggo Disambut Meriah Ribuan Peserta
Atlet Indonesia Siap Berlaga di SEA Games 2025 Usai Dilepas Presiden Prabowo

Berita Terkait

Rabu, 10 Desember 2025 - 08:39 WIB

Pemkab Lumajang dan Bea Cukai Probolinggo Musnahkan Rokok Ilegal di Stadion Semeru

Senin, 8 Desember 2025 - 20:37 WIB

Sat Reskrim Polres Sumenep Gelar Bakti Sosial di HUT ke-78, Wujud Kepedulian untuk Masyarakat

Senin, 8 Desember 2025 - 09:43 WIB

Kota Probolinggo Gelar Peringatan Hari Disabilitas Internasional dan Festival Kelurahan Inklusif 2025

Minggu, 7 Desember 2025 - 13:20 WIB

Kraksaan Aspirasi Run 2025 Meriah, Ratusan Pelari Padati Alun-Alun Kota Kraksaan

Sabtu, 6 Desember 2025 - 12:26 WIB

PWI–PKP Sepakati Program Rumah Wartawan, MIO Indonesia Harap Tak Ada Diskriminasi

Berita Terbaru

Pemerintahan

Pemkot Surabaya Wajibkan Pembayaran Parkir Nontunai Mulai 2026

Rabu, 10 Des 2025 - 08:38 WIB