APPI Jatim Sebut Mafia Pupuk Akibat Cacat Regulasi

Senin, 20 Maret 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia (APPI) Jawa Timur Jumantoro

Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia (APPI) Jawa Timur Jumantoro

SUMENEP, detikkota.com – Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia (APPI) Jawa Timur, Jumantoro menilai, kasus  penyelundupan pupuk bersubsidi ke luar Madura merupakan salah satu wujud dari cacatnya regulasi pemerintah dalam sektor pertanian.

Menurutnya, saat ini kebijakan pemerintah terkait pendistribusian pupuk bersubsidi sama sekali tidak menguntungkan petani, malah terkesan membunuh petani secara perlahan.

Sistem penyaluran pupuk bersubsidi memerlukan banyak persyaratan. Sementara alokasinya tidak mencukupi kebutuhan petani.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penyebab lain, lanjutnya, adanya kebijakan pemerintah berupa pengurangan komuditas yang mendapatkan pupuk subsidi. Sebelumnya, sebanyak 70 komuditas pertanian mendapatkan subsidi pupuk, namun saat ini hanya tinggal 9 komuditas.

“Ini bukti regulasi pemerintah yang cacat pada sektor pertanian. Regulasi pupuk bersubsidi bukan membuat petani untung, tapi malah buntung,” ucapnya, Senin (20/3/2023).

Jumantoro juga menyebut, pemerintah masih saja mengacu pada satu sistem dalam penyaluran pupuk bersubsidi. Padahal, tidak semua wilayah di Indonesia mengalami musim tanam dan panen yang sama.

Hal tersebut, yang menurutnya dapat menyebabkan terjadinya kelebihan pupuk, sebelum musim tanam. Sehingga, beberapa oknum yang nakal, memilih untuk mendistribusikannya ke luar daerah.

Dirinya mengaku, sebelumnya telah menyampaikan keluhan tersebut kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat.

“Ketika di Madura pupuk subsidi berlebih, karena bukan musim tanam, mereka memilih untuk mengirimnya ke daerah yang sedang mengalami kelangkaan pupuk,” jelasnya.

Menurutnya, pemerintah harusnya bisa melakukan survei langsung ke lapangan, untuk menentukan penyaluran pupuk bersubsidi, sehingga bisa menyesuaikan dengan musim tanam di setiap wilayah.

“Coba pemerintah turun langsung ke petani. Biar paham, bagaimana kondisi yang sebenarnya petani kita. Petani kok dibuat menangis di negeri agraris ini,” pungkasnya.(ali/red)

Berita Terkait

Kraksaan Aspirasi Run 2025 Meriah, Ratusan Pelari Padati Alun-Alun Kota Kraksaan
PWI–PKP Sepakati Program Rumah Wartawan, MIO Indonesia Harap Tak Ada Diskriminasi
Water Run 2025 Perdana di Probolinggo Disambut Meriah Ribuan Peserta
Empat Tahun Berjalan Tanpa Manfaat, PMII UPI Desak Evaluasi Total Kantor KKKS Sumenep
KINDERGARTEN RILIS ALBUM BERTAJUK “MONOLOG”, ANGKAT CERITA PERJALANAN HIDUP DENGAN NADA POSITIF
Distribusi Tablet DPRD Sumenep Dipertanyakan, PMII Siap Turun Aksi
Pengaspalan Hampir Rampung, Panjang Jiwo Disorot karena Balap Liar
Ratusan Siswa SDN Tamberu 2 Pamekasan Terdampak Sengketa, Pembangunan Sekolah Baru Segera Diusulkan

Berita Terkait

Minggu, 7 Desember 2025 - 13:20 WIB

Kraksaan Aspirasi Run 2025 Meriah, Ratusan Pelari Padati Alun-Alun Kota Kraksaan

Sabtu, 6 Desember 2025 - 12:26 WIB

PWI–PKP Sepakati Program Rumah Wartawan, MIO Indonesia Harap Tak Ada Diskriminasi

Sabtu, 6 Desember 2025 - 12:12 WIB

Water Run 2025 Perdana di Probolinggo Disambut Meriah Ribuan Peserta

Jumat, 5 Desember 2025 - 22:22 WIB

Empat Tahun Berjalan Tanpa Manfaat, PMII UPI Desak Evaluasi Total Kantor KKKS Sumenep

Jumat, 5 Desember 2025 - 13:53 WIB

KINDERGARTEN RILIS ALBUM BERTAJUK “MONOLOG”, ANGKAT CERITA PERJALANAN HIDUP DENGAN NADA POSITIF

Berita Terbaru

Bupati Lumajang Indah Amperawati melepas peserta Jalan Santai Reward Pajak di Balai Desa Sidorejo setelah desa tersebut mencapai 100 persen pelunasan PBB Tahun 2025, Minggu (7/12/2025).

Pemerintahan

Capaian PBB 100%, Sidorejo Dijadikan Role Model Kepatuhan Pajak

Minggu, 7 Des 2025 - 16:54 WIB