SLEMAN, detikkota.com – Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) memastikan bahwa lulusan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) memiliki prospek kerja yang luas, baik di instansi pemerintah maupun sektor swasta.
Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ATR/BPN, Suyus Windayana, yang menyebutkan bahwa lulusan STPN memiliki kompetensi yang sangat diperlukan untuk pengelolaan pertanahan dan tata ruang di Indonesia.
“Lulusan STPN sangat banyak diperlukan, bukan hanya di pemerintah tetapi juga di badan usaha, baik milik pemerintah maupun swasta. Kebutuhan ini, dalam lima tahun ke depan, diperkirakan akan melebihi 10 ribu lulusan untuk memperkuat pengelolaan pertanahan dan tata ruang,” kata Suyus Windayana dalam Simposium Nasional KAPTI-Agraria yang digelar di STPN Yogyakarta, Kabupaten Sleman, pada Jumat (30/08/2024).
Suyus juga menjelaskan bahwa untuk meningkatkan daya saing lulusan, STPN tengah mengkaji perluasan program studi dan jenjang pendidikan yang lebih variatif.
“Kita ingin memperluas cakupan program studi, tidak hanya sebatas juru ukur. Ada banyak aspek lain seperti hukum pertanahan, tata ruang, dan nilai tanah yang penting untuk diperkuat,” tambahnya.
Ketua STPN, Agustyarsyah, menambahkan bahwa STPN yang telah berdiri sejak 1963 ini terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan rencana transformasi menjadi politeknik, sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2022.
Transformasi ini juga memungkinkan STPN untuk memiliki ikatan dinas, memberikan kesempatan kepada para taruna untuk langsung diangkat menjadi aparatur negara setelah lulus.
“Ke depan, STPN perlu meng-upgrade program pendidikan menjadi DIII dan DIV. Kami juga berencana mengusulkan program studi baru yang sejalan dengan program prioritas nasional, dengan fokus pada aspek teknis dan spesifik,” jelas Agustyarsyah.
Untuk mendukung transformasi ini, STPN juga terus meningkatkan kompetensi dosen dan tenaga pengajarnya.
“Kami menyediakan anggaran tahunan untuk peningkatan kemampuan dan kompetensi dosen. Kerja sama dengan berbagai pemerintah daerah juga terus dijalin, mengingat banyaknya kebutuhan sumber daya manusia di bidang tata ruang,” tambahnya.
Dalam simposium ini, beberapa narasumber lain juga turut hadir, termasuk Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbud Ristek, Muhamad Fajar Subkhan, yang mendukung transformasi STPN menjadi politeknik.
Menurutnya, STPN telah memenuhi syarat sebagai politeknik, mulai dari kurikulum, dosen, hingga sarana dan prasarana.
Wakil Direktur Bidang Akademik Politeknik Keuangan Negara STAN, Agus Bandiyono, juga menyarankan agar STPN menjalin kerja sama dengan berbagai kementerian, pemerintah daerah, dan lembaga internasional untuk menyelenggarakan pendidikan sebagai politeknik.
Simposium Nasional ini bertemakan “Sinergi KAPTI-Agraria dalam Mendukung Transformasi STPN Menjadi Politeknik Agraria STPN dan Rekrutmen Jalur Ikatan Dinas”.
Acara ini dimoderatori oleh Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat, Yuniar Hikmat Ginanjar, dan dihadiri oleh pejabat tinggi Kementerian ATR/BPN, Ketua Umum KAPTI-Agraria, serta sejumlah taruna STPN.