detikkota.com – Pengusaha ritel terus melakukan pressing kepada toko kelontong Madura yang nyaris menyebar di kota-kota besar di Indonesia. Padahal, toko kelontong tidak hanya dimiliki oleh orang Madura.
Terbaru, Asosasi Peritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah untuk memperketat penjualan produk-produk yang rentan terhadap api di warung Madura, seperti elpiji dan bensin eceran.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Aprindo Roy Mandey yang menyebut warung Madura yang menjual elpiji tak ada yang memiliki Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
“Logika mereka aneh. Anehnya di mana? LPG 3kg itu kan untuk masyarakat miskin. Hal itu telah jelas dan terang tertulis di setiap tabung,” ujar Ketua Umum LSM BIDIK, Didik Haryanto dalam keterangannya kepada media ini, Rabu (08/04/2024).
Sedangkan, kata Didik, toko kelontong adalah representasi dari masyarakat miskin. Maksudnya, toko-toko tersebut dimiliki oleh orang-orang yang tidak memungkinkan bahkan tidak bisa menembus usaha ritel.
“Atas hal ini, mari terus kita “LAWAN” agar negara tetap memiliki keberpihakan kepada toko kelontong. Toko kelontong secara umum, toko kelontong yang tidak hanya dimiliki oleh orang Madura,” tegasnya.
Menurut Didik, apabila permintaan Ketua Umum Aprindo itu mau ditindaklanjuti, Pemerintah harus mencarikan solusi. Misalkan, setiap toko kelontong yang menjual tabung gas dengan tidak adanya jaminan keselamatan maka diberikan subsidi dan kemudian di wajibkan.
Jadi, dalam hal ini pemerintah tidak hanya memikirkan buka tutup toko kelontongnya. Namun, lebih kepada bagaimana mengantisipasi agar kecelakaan-kecelakaan yang demikian itu tidak pernah terjadi dengan memberikan subsidi alat pemadam api.
“Harusnya mereka di subsidi lah itu atau mereka diwajibkan. Setiap toko kelontong yang menjual tabung gas 3kg maka diwajibkan mempunyai alat pemadam api atau APAR. Jadi harus solutif bukan potong kompas,” tukasnya.