Peringati Hari Sumpah Pemuda, PMII UIA Gelar Diskusi via Daring Mengenai Kebhinekaan

JAKARTA, detikkota.com – Memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada Rabu 28 Oktober kemarin, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) Cabang Jakarta Timur menggelar diskusi secara daring. Dengan tema “Implementasi Semangat Pemuda Merawat Kebhinekaan”. Tema ini penting sekali untuk kita diskusikan, sebab relevan sekali dengan situasi Indonesia saat ini.

Menurut Rangga Ketua Komisariat PMII UIA yang juga sekaligus moderator acara ini, menyebutkan ada sesuatu yang mau mengikis Negara kita. Salah satunya adalah norma-norma persatuan.

Bukankah kita tau, bahwa 92 tahun yang lalu, tepat 28 Oktober 1928 seluruh pemuda berkumpul menyatukan visi dan misinya untuk membangun kekokohan Bangsa, terlepas dari apapun latar belakang suku, ras dan agamanya.

Tapi pasca Indonesia sudah mencapai kemerdekaannya, belakangan-belakangan ini datang kelompok-kelompok baru yang padahal waktu itu mereka tidak menjadi bagian dari terciptanya Hari Sumpah Pemuda. Diyakini bahwa mereka adalah bagian dari kelompok-kelompok yang intoleransi.

Diskusi yang digagas oleh PMII UIA ini menghadirkan sahabat Romzi Ahmad Founder Muslim Millenial sekaligus Asisten Staff Khusus Millenial Presiden RI, hadir juga sahabati Robiatul Adawiyah Penulis Ketua Cabang PMII Jakarta Timur 2018-2019, dan Sahabat Uluy Wardoyo Seniman sekaligus perwakilan dari Kristiani.

Setidaknya ada beberapa kesamaan yang diajarkan didalam agama (Islam, Kristen) menurut Uluy, kesamaan itu diantaranya adalah menjaga hubungan baik antara manusia dengan manusia (toleransi).

Kemudian menurut Romzi Ahmad, toleransi saja itu tidak cukup untuk merawat kebhinekaan, perlu ditingkatkan posisinya menjadi acceptens dan itulah yang harusnya dikampanyekan pada generasi millennial.

Robiatul Adawiyah menambahkan untuk menjaga falsafah bangsa, kita harus cerdas. Sebab saat ini kita semua tidak bisa menghindari teknologi yang didalamnya banyak ribuan hoax bermunculan. Sebagai pemuda/mahasiswa tentu kita harus pintar-pintar memfilter. Jika tidak bisa, maka siap-siap kita termakan isu dan diadu domba.

Acara dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta, berasal dari berbagai macam kampus di Jakarta/luar Jakarta. Rangga sangat mengapresiasi kepada seluruh peserta yang hadir, ia percaya bahwa mereka yang hadir adalah mereka yang sadar dengan keadaan Bangsanya.

Rangga juga meminta agar apa yang dipaparkan oleh ketiga narasumber itu bisa diambil manfaatnya lalu di implementasikan didalam keseharian, agar falsafah bangsa yang dibangun sejak dulu itu tidak pudar. Ditutup dengan pembacaan Naskah Sumpah Pemuda untuk kembali merefleksikan dan di iringi lagu Indonesia Tanah Air Beta. (Aldi Muldiana)