SUMENEP, detikkota.com – Sebanyak 9 pasang peserta dari jalur pendidikan dan masyarakat mengikuti pemilihan duta program Generasi Berencana (Genre) Kota Sumenep, Madura, Jawa Timur, Senin (28/12/2020).
Genre ini, khusus pengembangan remaja sebagai sebuah wadah pelayanan informasi dan konseling di Kabupaten Sumenep, sehingga diperlukan figur motivator dari kalangan remaja.
“Maka diperlukan figur motivator dari kalangan remaja. Figur motivator inilah yang akan menjadi wakil atau Duta Genre,” ujar Moh Kadarisman, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Sumenep dalam sambutannya, Senin (28/12).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Kadarisman, hal itu bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi dan promosi program Genre di kalangan remaja Kabupaten Sumenep, agar memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku positif dalam pengembangan diri.
“Agar memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang positif dalam pengembangan diri secara mental, fisik, intelektual, spiritual dan sosial,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama Edy Rasiyadi, Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumenep, dalam sambutanya menyampaikan, bahwa pemilihan Duta Genre ini dilakukan seleksi yang ketat dan berjenjang setahap demi setahap.
Duta Genre juga adalah teladan kebaikan dan figur berkarakter yang menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya untuk menjauhi tindak penyimpangan moral serta memiliki perencanaan yang baik tentang kehidupan berkeluarga yang berkualitas.
Sekda menuturkan, saat ini ada seketikar 53 juta jiwa remaja usia 10 sampai 24 tahun atau sekitar 25% tahun 2010, jumlah tersebut meningkat menjadi 65,6 jiwa pada tahun 2015 dalam konsentrasi sekitar 25,7%, jumlah tersebut dapat menjadi potensi kekuatan tetapi juga menjadi sumber kelemahan hal ini bergantung pada saat ini.
“Bagaimana remaja dipandang dan disiapkan yang akan datang, Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang tidak mudah saat ini ada sekitar 600 juta gadis di suluruh dunia menghilang dari agenda pembangunan karena banyak menghadapi perantara,” jelasnya.
Kekurang gizi pernikahan anak dan kehamilan di usia remaja imprahnya sebagai aktor pembangunan tidak nampak beberapa hal tersebut, sebagian besar remaja putri berhenti sekolah karena kehamilannya, sehinggah akses rawat pekerjaanya sangat terbatas, mereka juga terancam resiko kematian saat melahirkan.
Namun kehamilan di usia remaja antara 15 tahun sampai 19 tahun di Indonesia masih tergolong tinggi di bandingkan negara negara tetangga. (fer/red)